SEJARAH KAWASAN SETU BABAKAN
Setu
Babakan atau yang berarti ‘Danau Babakan’ adalah kawasan wisata yang
memiliki danau seluas 32 hektar area (79 akre) menampung aliran sungai Ciliwung
terletak di kelurahan Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setu Babakan difungsikan sebagai area cagar budaya yang dipelihara untuk
menjaga dan pengembangan warisan budaya asli Betawi.
Setu
Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan, Indonesia dekatDepok yang
berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya
Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budayaJakarta, yaitu
budaya asliBetawi. Situ atau
setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana
airnya berasal dariSungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk
memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi
air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.
Setu
Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta
sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara
berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini merupakan
salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati
suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di
perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara
hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat
kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah,
mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Setu
Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni
baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas keagamaan,
maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65
hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32
hektar. Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga.
Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun
tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para
pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, jawa tengah, Kalimantan, dll yang
sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.
Setu
Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek
wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan
pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474.
Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas
Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.
Dalam
sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi
sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI
Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena
seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa
budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian
merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan
tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu
Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini,
pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan
perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh
para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya
Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek
yang dipilih Pacifik Asia Travel Association(PATA) sebagai tempat
kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober
2002.
Sumber
: